My Story With PERTUNI
By: Indah Nur Fadilah
DPC PERTUNI Kabupaten Pasuruan
Kisah ini mulai Aku lalui ketika Aku tengah terlena dengan lingkungan non disabilitas yang
sangat mendukungku. Saat itu Aku tengah duduk di bangku SMK atau Sekolah Menengah
Kejuruan. Tidak ada bullying, dan diskriminasi. Para guru dan teman-teman sangat mendukung
dari segi apapun, meskipun sekolahku saat itu bukanlah tergolong sekolah inklusi, bahkan hanya
Aku satu-satunya murid disabilitas disana. Itulah yang membuat Aku terlena hingga jujur Aku
tuliskan disini bahwa Aku sempat lupa jika Aku seorang disabilitas. Aku lupa kalau Aku low
vision. Ditengah Aku telah terbuai dengan semua itu, Tuhan menyadarkanku dengan cara-Nya
yang sungguh tidak pernah ada dalam pikiran.
Pada tahun 2020 tepatnya di bulan November, Aku dikenalkan dengan sebuah organisasi
yang bernama Persatuan Tuna Netra Indonesia atau masyarakat biasa menyebutnya PERTUNI.
Awalnya Aku acuh sekali ketika wakil ketua dan sekretaris didampingi dua mitra bhakti
PERTUNI berkunjung ke kediamanku, menjelaskan mengenai PERTUNI, dan mengajakku
untuk bergabung menjadi bagian dari mereka, Setelah dijelaskan panjang kali lebar, ibu
menyerahkan keputusan apakah Aku mau untuk bergabung atau tidaknya kepadaku, karena
ibuku berprinsip akan mendukung kegiatan yang Aku ikuti selagi itu positif dan tidak
mengganggu proses belajar di sekolah.
Tiga bulan pun berlalu setelah pertemuan yang tidak berujung kepastian itu. Aku tidak
menyetujui ataupun menolak ketika waktu itu di tanya, Aku hanya mengatakan, "Aku pikir-pikir
dulu ya". Karena saat itu Aku tengah terlena, jadi hanya Aku pikirkan sejenak saja.
Di bulan Februari tahun 2021, satu minggu sebelum ulang tahun PERTUNI Kabupaten
Pasuruan, Aku menerima telepon dari wakil ketua. Ia mengajakku untuk turut hadir dalam
pertemuan rutin setiap tiga bulan sekali yang selalu diselenggarakan. Lagi dan lagi, Aku tidak
memberikan kepastian. Aku hanya mengatakan bahwa Aku ingin meminta izin terlebih dahulu
kepada ayah dan ibu, karena ridho dari orangtua itu sangat penting. Jika orangtua ridho, maka
Allah pasti akan mengiyakan. Begitu pula sebaliknya. Maka dari itulah, disetiap langkahku,
selalu ada do'a dari orangtua sebagai pemandu.
Pertemuan rutin setiap tiga bulan sekali DPC PERTUNI Kabupaten Pasuruan di mulai pukul
sembilan pagi, dan Aku menghadirinya. Ibuku memberikan izin untuk datang. Kesan pertama
ketika Aku menghadirinya sangat menyenangkan. Hatiku seketika dibuat luluh dengan
kebersamaan teman-teman disabilitas netra yang penuh dengan ketulusan. Memang benar kata
pepatah, "Tak kenal maka tak sayang". Canda tawa tumpah didalam ruang pertemuan, dan
ternyata pertemuan PERTUNI pada hari itu begitu istimewa. Bagaimana tidak, keluarga besar
PERTUNI tengah merayakan ulang tahun PERTUNI Kabupaten Pasuruan. Perayaan dilakukan
dengan begitu hikmatnya. Pemotongan tumpeng, dan kue ulang tahun tak boleh dilewatkan.
Antusias saat pembagian doorprize untuk para anggota, mitra bhakti dan tamu undangan
membuat suasana menjadi semakin terasa kekeluargaannya.Setelah menghadiri pertemuan PERTUNI yang sangat mengesankan bagiku, Aku telah
memutuskan jika Aku bersedia untuk menjadi bagian dari mereka. Dalam pertemuan-pertemuan
berikutnya, atau ketika PERTUNI mengikuti kegiatan-kegiatan, Aku tidak jarang ikut hadir,
meski terkadang harus menempuh jarak yang dibilang tidak dekat, terkadang sampai harus naik
transportasi umum, seperti bus dan sejenisnya. Dari sinilah Aku memperoleh pengetahuan baru,
dan pengalaman yang bisa dibilang belum Aku dapatkan sebelumnya. Memang benar, belajar itu
tidak harus di sekolah, dimanapun tempat berpijak, jika seseorang bisa memaknai setiap
pergerakan di sekitar, maka orang tersebut bisa mendapatkan pengajaran baru. Begitu pula
dengan usia, secara perawakan para pengurus dan anggota PERTUNI Kabupaten Pasuruan
sebagian bisa dibilang telah keluar dari masa mudanya. Namun tidak dengan tekad dan
semangat mereka dalam setiap pertemuan dan kegiatan yang membuatku kehilangan sedikit rasa
percaya diri. Menurutku Henry Ford memang benar bahwa, "Seseorang yang berhenti belajar
adalah orang lanjut usia, meskipun umurnya masih remaja. Seseorang yang tidak pernah
berhenti belajar akan selamanya menjadi pemuda."
Lima tahun telah berlalu sejak Musyawarah Cabang atau biasa disingkat MUSCAB pertama
yang diselenggarakan oleh DPC PERTUNI Kabupaten Pasuruan. Waktu telah menunjukkan
bahwa pengurus yang saat itu tengah menjabat harus beristirahat sejenak. Persiapan mulai
dilakukan enam bulan sebelum MUSCAB diselenggarakan. Pembentukan panitia mulai disusun.
Proposal mulai dikirimkan. Undangan-undangan mulai diberikan. Beraudiensi dengan Instansi
Pemerintah tak mungkin dilupakan, dan masih banyak lagi. Kerikil-kerikil kecil selama
persiapan MUSCAB tak mampu dihindari. Itu telah menjadi hal yang bisa dibilang lumrah
terjadi. Dibalik itu semua, Aku mendapatkan begitu banyak pembelajaran baru dalam hal
administrasi. Aku diajarkan membuat proposal, surat menyurat, membuat undangan, dan yang
berhubungan dengan mengetik lainnya. Semua itu Aku lakukan bersama penanggung jawab dan
ketua pelaksana.
Hari bersejarah semakin dekat yang harus dikerjakan pun semakin banyak. Huruf-huruf di
layar yang menyala menyeru ingin segera dirampungkan, membuatku harus tidur larut malam.
Notifikasi yang terus menyerukan pekerjaan baru tak henti-hentinya membuat telepon genggam
terus berkedip, hingga terkadang Aku mengabaikan teriakan manja penghuni di dalam perut
yang tidak bisa diajak bekerja sama.
Sabtu, 27 Agustus 2022 pelaksanaan Musyawarah Cabang dilaksanakan dengan penuh
kegembiraan. Kehadiran Bupati Pasuruan beserta segenap para tamu undangan menjadi
kehormatan tersendiri. Ketegangan terlihat dari para pengurus, calon Ketua, dan Dewan
Pengawas Cabang (Dewascab). MUSCAB selesai ketika Ketua sekaligus Dewascab baru telah
dilantik. Menyaksikan MUSCAB yang berjalan dengan tanpa adanya hambatan membuat lelah
selama enam bulan terbayarkan.
Kepengurusan baru mulai dibentuk setelah ditetapkannya Ketua dan Dewascab untuk periode
berikutnya. Kegiatan-kegiatan kembali mulai diikuti. Mulai dari Rakerda, Seminar hingga Sosialisasi Pengawasan Pemilu Partisipatif dengan Stakeholder. Aku ingat sekali ketika itu Aku
harus pulang pergi Sidoarjo Pasuruan. Demi menagih janji-janji kehidupan di masa depan, Aku
harus meninggalkan tempat kelahiran.
Di pagi yang dibilang cukup bersahabat dengan penghuni bumi untuk beraktivitas, Aku pergi
menuju stasiun, dan Aku pastinya tidak sendirian. Selain ada Allah yang selalu membersamai,
ada juga pengemudi ojek online yang setia menemani di setiap perjalanan. Apalagi saat didalam
kereta, tidak sedikit penumpang yang menjadi teman untuk sementara hingga kereta tiba di
stasiun tujuan. Di setiap Aku menginjakkan tempat baru yang di situ Aku hanya mengenal
Allah, Aku selalu mengingat dan berpegang teguh dengan yang telah disampaikan oleh seorang
guru ketika hari pertamaku berstatus peserta didik baru di SMK, beliau berkata, "jika kamu baik,
dimanapun kamu berada, kamu akan dipertemukan dengan orang-orang yang baik pula." Itulah
sebuah kalimat sakti yang membuat Aku berani hingga hari ini.
Kegiatan dilaksanakan pukul 12 siang. Sebelum itu Aku menyempatkan untuk singgah
sekaligus silaturahmi ke rumah bibiku. Aku pernah mendengar salah satu hadist yang
disampaikan oleh ustadz dalam sebuah kajian. Hadist tersebut berbunyi, "Tidak akan masuk
surga orang yang memutus (silaturahmi)." (HR Bukhari dan Muslim). Jadi karena Aku nanti
ingin segera masuk surga dan jarum jam masih berada di angka 9 tidak ada salahnya untuk
berkunjung.
Semua orang telah hadir ketika Aku tiba di lokasi kegiatan. Seluruh peserta dan mitra bhakti
sangat antusias dalam sosialisasi tersebut. Ada yang mendengarkan dengan penuh keseriusan,
ada yang mencatat, dan bertanya. Tidak terasa, 2 jam berlalu begitu cepatnya. Rangkaian acara
telah sampai pada sesi foto bersama. Tangan-tangan mulai diulurkan pertanda perpisahan segera
dilakukan.
Hujan di sore hari turun saat Aku tengah menempuh perjalanan pulang menuju rumah bibiku.
Aku kembali singgah sebelum nanti keretaku tiba pada pukul 7 malam. Aku memutuskan untuk
kembali di hari yang sama ke tempatku menimbah ilmu, karena Aku sudah bukan kali pertama
izin keluar asrama. Satu minggu sebelum kegiatan itu diselenggarakan Aku juga telah izin untuk
mengikuti Rakerda(Rapat Kerja Daerah).
Tiga hari mengikuti Rakerda lebih dari sekedar biasa. Saling berbagi pengetahuan, pendapat,
dan pengalaman menambah kegiatan Rakerda semakin berwarna. Sungguh ketika sampai pada
penutupan rasanya tak ingin untuk kembali pulang.
Inilah secuil dari kisahku dengan PERTUNI. Kalau dibilang kontribusi, maaf, jariku masih
belum mampu untuk mengetiknya. PERTUNI, terimakasih telah menyadarkanku. Terimakasih
telah memberikan begitu banyak pengajaran baru. Maaf jika Aku sempat mengabaikanmu dulu.
Semoga engkau bisa memaafkan dan bersedia menjadi tempat untukku terus belajar.
0 comments:
Posting Komentar